Detail Cantuman

Text
Syaikhona Kholil Bangkalan : Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama
Jika Muammil Qomar (2002) menyebut 3 nama ulama yang memiliki peran penting dalam proses pendirian NU, yaitu KH Wahab Hasbullah sebagai pencetus ide, KH Hasyim Asyari sebagai pemegang kunci, dan Syaikhona Muhammad Kholil sebagai penentu berdirinya NU, dalam buku ini saya menambahkan satu ulama lagi, yaitu, KH Asad Syamsul Arifin. Peran Kiai Asad dalam konteks ini adalah penyampai isyarat langit dari Syaikhonan Kholil, yang telah meneguhkan sikap dan pandangan KH Hasyim Asyari untuk mendirikan NU. (RKH Fuad Amin Imron, Penulis)
Dalam prespektif spiritualitas, Syaikhona Kholil adalah tokoh yang berperan secara langsung dalam pendirian organisasi para ulama pesantren. Pesan spiritualitasnya yang disampaikan melalui KH Asad Syamsul Arifin menjadi faktor penentu bagi berdirinya NU. Dan pesan simbolik Syaikhonan Kholil inilah yang telah menepis keraguan, kegamangan dan kegelisahan Kiai Hasyim untuk mendirikan NU. Keyakinan Kiai Hasyim terhadap pesan spiritual gurunya itu, lalu diteruskan secara lahiriah kepada Kiai Wahab Hasbullah sebagai pembawa ide, untuk ditindaklanjuti dalam sebuah permusayawaratan ulama di Surabaya, pada 31 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H), setahun sebelum Syaikhonan Kholil wafat. Permusyawaratan para ulama tersebut melahirkan Komite Hijaz, yang kemudian ditetapkan namanya menjadi Jamiyah Nahdlatul Ulama. (Prof Dr KH Said Aqil Siradj, MA, Ketua Umum PBNU)
Isyarah Tongkat Musa dan Tasbih yang diberikan Syaikhona Kholil kepada Kiai Hasyim Asyari melalui Kiai Asad berhubungan dengan jamiyah sekaligus jamaah NU. Tongkat Musa adalah simbol komando atau kepemimpinan (leadership), sementara Tasbih adalah simbol spiritualitas dan simbol budaya. Kombinasi keduanya, diharapkan agar pemimpin NU memiliki pandangan, sikap dan tindakan yang terjaga keseimbangannya antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi. Muaranya adalah keteladanan (al-uswah), dimana pandangan, sikap dan tindakan pemimpin NU harus dapat dijadikan teladan oleh jamaah
Ketersediaan
3499 | 297.65 IMR s.1.ED1 HIBDOS-2017 | Perpustakaan Fakultas Komputer UDB (200) | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
297.65 IMR s.1.ED1 HIBDOS-2017
|
Penerbit | Khalista : Surabaya., 2012 |
Deskripsi Fisik |
xxviii; 228; 21
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
978-979-1353-35-9
|
Klasifikasi |
NONE
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain